Connect with us

TRUTH OR DARE, MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF BAHASA TERBARU

Pendidikan

TRUTH OR DARE, MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF BAHASA TERBARU

Model pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Model pembelajaran yang menarik akan berdampak pada hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suyatno (2009: 115) yang mengatakan yang paling penting adalah berbuat aksi senyatanya dengan mencoba dan mengolah berbagai mode pembelajaran berdasarkan kompetensi yang akan dicapai. Hal tersebut menunjukkan sebagai guru harus berani keluar dari zona nyamannya dengan seimbang mengikuti arus perkembangan pendidikan dan mampu mengubah paradigma pendidikan yang sifatnya konvensional.

Oleh karena itu, sebagai calon guru inovatif, marilah kita mencoba dan mengolah model pembelajaran yang terinspirasi dari Model Word Square, Tebak Kata, dan Facilitator and Explaining menjadi model pembelajaran baru yaitu Model Pembelajaran TOD (Kejujuran dan Tantangan).

Model Pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Model pembelajaran ini sesuai untuk semua mata pelajaran.Tinggal bagaimana Guru dapat memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa untuk berpikir efektif.  Langkah-langkah Model Pembelajaran Word Square adalah sebagai berikut :

  1. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
  2. Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.
  3. Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban secara vertikal, horizontal maupun diagonal.
  4. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak. (Suyatno, 2009:130)

Model pembelajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang menggunakan media kartu teka-teki yang berpasangan dengan kartu jawaban teka-teki. Permainan tebak kata dilaksanakan dengan cara siswa menebak kata yang dimaksud oleh kartu soal teka-teki dengan kartu jawaban yang tepat. Jadi, guru mengajak siswa untuk bermain tebak kata dengan menggunakan media kartu dari kertas  karton.

Langkah-langkah :

  1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
  2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas
  3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya (pasangannya) diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh di baca oleh siswa yang akan menebak kata. Kartu boleh ditempelkan di dahi atau ditempat yang tidak bisa dibaca oleh siswa yang akan menebak kata.
  4. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
  5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya. (Suyatno, 2009 ; 129)

Model Pembelajaran Facilitator and Explaining, siswa mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lain. Langkah-langkah :

  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
  2. Guru mendemostrasi/menyajikan materi.
  3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada peserta lain melalui bagan/konsep maupun lainnya.
  4. Guru menyimpulkan ide/pendapat siswa.
  5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
  6. (Suyatno,2009:126)

Dari penjelasan model pembelajaran word square di atas, saya terinspirasi dari point “model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Model pembelajaran ini sesuai untuk semua mata pelajaran.”

Pada model pembelajaran kedua yaitu model pembelajaran tebak kata, saya terinspirasi dari point model pembelajaran tebak kata adalah “model pembelajaran yang menggunakan media kartu teka-teki yang berpasangan dengan kartu jawaban teka-teki. Jadi, guru mengajak siswa untuk bermain tebak kata dengan menggunakan media kartu dari kertas  karton”

Pada model pembelajaran ketiga yaitu model pembelajaran Facilitator and Explaining, jadi dari model pembelajaran ini penulis mengambil point mengolaborasikan sebuah fasilitas kemudian akan dikembalikan lagi kepada siswa untuk mengeksplor materi yang telah diajarkan.

  1. Model Pembelajaran ToD

Ketiga model pembelajaran ini telah penulis rangkai menjadi sebuah kesatuan model pembelajaran baru yang disebut Model Pembelajaran TOD (Kejujuran dan Tantangan) dengan menggunakan media kartu dan media kotak-kotak materi. Kartun disini berisikan sebuah teka-teki dari kotak-kotak materi yang sudah disusun oleh guru. Model pembelajaran ini dilaksanakan secara individu untuk bahan evaluasi selama akhir semester matapelajaran. Seperti halnya Model Word Square, Model Pembelajaran ToD ini disesuaikan untuk semua materi pembelajaran selama satu semester misalnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat beberapa materi ajar (puisi, pantun, dongeng, debat,negoisasi, eksposisi, surat), semua materi ajar ini dapat  disusun dalam kotak-kotak papan/kertas ToD. T yang berarti kejujuran mencakup aspek teori dari materi yang sudah diajarkan oleh guru. Sedangkan D yang berarti tantangan mencakup aspek praktik dari materi yang sudah diajarkan oleh guru. Pembeda antara kartu T dan kartu D dapat dilihat dari warna yang diapatkan siswa. Jadi nantinya kartu akan dibuat menjadi dua warna yang mewakili T dan D.

Media yang digunakan untuk model pembelajaran ini :

  1. Kotak-kotak materi dalam bahasa Indonesia
  2. Kartu

Mari belajar untuk berproses dan berkembang

Click to comment
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Advertisement

Trending

Bisnis

Advertisement

Terbaru

To Top